What Time is it???

Rahasia Sukses Bos-Bos Jepang

Kamis, 24 Maret 2011

Dahulu kala,  orang Jepang sering dijuluki dengan "les marchands des transistors"  (pedagang transistor) oleh De Gaulle. Tapi sekarang lain lagi ceritanya,  "seloroh" itu tidak berlaku lagi karena kini mereka bukan hanya juara  dunia dalam teknologi hi-fi, tetapi juga dalam teknologi microprocessor,  mobil, bio-industri dan teknologi tinggi lain. Bukan itu saja, dalam  sepuluh tahun terakhir produksi Jepang meningkat jauh dua kali lebih  cepat dibandingkan Amerika Serikat.

Tentu kita ingin tahu apa rahasia para pendekar bisnis Jepang ini meraih  sukses. Berikut rahasia meraka:



Akio Morita

Adalah Akio Morita, pendiri perusahaan Sony. Seorang penggemar olahraga  golf. Walkman lahir lewat tangan dinginnya karena dia pernah berpikir,  "Sebaiknya ada sebuah alat kecil yang bisa mengeluarkan suara.

Kini dia berumur sekitar enampuluhan tahun, berambut putih dengan mata  hampir kuning dan berbagan kurus. Namun semangatnya seperti remaja  berusia dua puluh lima tahun.

Rumahnya terletak di daerah kedutaan di pinggir Tokyo. Rumah tersebut  bertingkat, lengkap dengan kebun dengan sebuah kolam renang. Walaupun  dia seorang boss Jepang yang berpikiran Barat, namun ia tetap menjalani  hidup sederhana dan memegang teguh tradisi keluarga Jepang pada umumnya.

Yang hebatnya, Akio Morita selalu tiba di kantornya tepat setiap pagi  pukul delapan. Ia juga selalu memakai seragam yang sama dengan seragam  anak buahnya, walaupun jas luarnya made in Inggris. Ini sekedar ingin  menunjukkan semangat demokratis, ciri-ciri dan harga diri setiap  perusahaan Jepang.



Akio Morita mendirikan perusahaan Sony pada tahun 1947. Dia memasarkan  transistor pertama, televisi berwarna pertama, dan tidak ketinggalan  walkman pertamanya. Saat ini perusahaan sudah sangat maju dan mengekspor  70% dari setiap produknya. "Tujuan utama ekspor kami adalah ke seluruh  dunia," katanya bersemangat. Inilah kunci majunya teknologi Jepang.  Selalu didorong oleh semangat dengan penuh kesadaran dan rasa  kebanggaan.

Awalnya, orang Barat mengejek bahwa orang Jepang hanya bisa membuat  sepeda dengan roda tak bisa berputar. Juga setiap arloji buatan Jepang  tidak bisa dipercaya. Namun, tidak sampai dua generasi semua bualan  barat itu sirna. sebagai buktinya, sebuah karikatur pada tahun  tigapuluhan pernah menunjukkan gambar seorang pemburu tengah menyandang  sepucuk senapan, yang ketika picunya ditarik maka larasnya tergambar  menggembung dan muncul cap-nya: made in Japan (buatanJepang).

Tetapi beberapa puluh tahun kemudian, tiba-tiba orang Jepang menjadi  bangsa yang tergila-gila pada perlombaan matematika dan fisika.  Ujian-ujian di berbagai universitas penuh dengan persaingan yang  menghasilkan cikal bakal orang-orang berpikiran maju. Ini ditunjukkan  oleh jejak kaki para direktur yang sukses Di Pusat Penelitian Sony  dicetakkan di atas tanah, layaknya  jejak kaki para bintang Hollywood di  studio MGM.

Makoto Kikuchi



Sama halnya dengan si majikan, adalah Makoto Kikuchi, direktur baru pada  Pusat Penelitian Sony ini berusaha bisa berbahasa Inggris, dengan  maksud agar dapat berbicara dengan robotnya sendiri, yakni sebuah  "Apple" buatan Amerika.

"Memang, ini masih yang terbaik untuk saat ini," ujarnya jujur.  Laki-laki 45 tahun ini sudah sangat terkenal di Jepang sebagai ilmuwan  yang dibanggakan dari Pusat Penelitian Negara Jepang. Ia adalah ahli  dalam bidang microprocessor dan baru saja pindah ke Sony sekitar enam  tahun yang lalu. Motto hidupnya adalah "Research Makes The Difference".  Motto ini ditulis pada setiap truk-truk di perusahaannya dengan tetap  dalam bahasa Inggris agar tetap menimbulkan kesan eksotis.

Rumahnya amat kecil berbentuk bujur sangkar. Yang aneynya rumah itu  terbuat dari kertas minyak. Di sanalah ia tinggal bersama istrinya dalam  kehidupan yang sederhana. Menggunakan  kimono dan berlutut di atas  tikar Jepang, sang istri dengan setia menemani Makoto berbicara dengan  komputernya.

Ambisinya untuk beberapa tahun mendatang adalah membuat sebuah komputer  yang bisa menguraikan bahasa percakapan orang Jepang agar setiap orang  Jepang dapat berbicara dengan komputer. Untuk mewujudkan hal itu, Makoto  mengundang 190 peneliti untuk bekerja di pusat penelitiannya. Hal ini  wajar karena Sony memberikan 3,5 sampai 5% penghasilannya untuk  penelitian. "Waktu di Amerika, saya bekerja di sebuah laboratorium juga.  Namun di Sony, dalam waktu satu jam saja sudah cukup bagi saya untuk  memperoleh sebuah alat yang harganya setengah juta dolar." ujarnya  semangat.  Namun begitu, Ia tetaplah seorang Jepang tulen walalupun  sudah begitu lama tinggal di Amerika Serikat.

Di Sony, penelitian produksi harus berhubungan dengan pemasaran. dan itu  merupakan satu keharusan yang permanen. Ini terlihat setiap Minggu pagi  Makoto selalu sarapan bersama Akio Morita, seorang direktur  Marketingnya. Dan ini merupakan hal yang tabu di perusahaan Amerika  dimana hubungan yang begitu wajar dan akrab antara peneliti dan  pemimpinnya.

Sama dengan pemimpinnya, sang direktur marketing Morita yang kalau  bermain golf selalu memakai kemeja dan topi Amerika ini, namun setiap  berjumpa dengan kawan nya tetap membungkukkan badan sampai ke tanah.  Meskipun di dalam mobilnya penuh dengan perlengkapan teknologi tinggi  seperti telepon, televisi dan magnetoskop, namun ia tetap mengenakan  seragam yang juga dipakai oleh 35.000 para pekerja di Sony.

Soichiro

Ada juga Soichiro, seorang kakek 78 tahun. Dia lah pendiri Honda Motor.  Sebelum perang dunia meletus, ia pernah menjadi montir biasa di  negaranya. Namun kini, sebagai pendiri sebuah perusahaan besar, namun ia  tetap mengenakan seragam karyawan biasa bila sedang bekerja. Ia adalah  pendiri sekaligus yang turut meletakkan dasar perusahaan besar itu.  Sekarang ia membawahi 23.000 buruh pada 43 perusahaan di 28 negara  yang  enam diantaranya ada di Jepang sendiri.

Ia memperlakukan anak buahnya dengan penuh penghormatan. Setiap  karyawannya diberi kepercayaan total dan tanggung jawab pribadi atas apa  yang dihasilkannya. Dan inilah kunci sukses perusahaan besar Jepang  ini. Lain halnya dengan perusahaan Indonesia, yang malah berupaya agar  karyawan dan buruhnya tetap miskin dan tidak boleh maju.

Sebagai seorang pemimpin, Soichiro tidak memiliki harta pribadi, apalagi  warisan tujuh turunan. Lihat saja, ia tinggal di sebuah rumah  sederhana. Kegemarannya hanya melukis di atas kain sutra dan berolahraga  golf. Bila dihitung, barangnya yang berharga hnaya sebuah helikopter  dan mobil biasa untuk membawanya kemana-mana. Kemanakah penghasilannya  itu disimpan? Penghasilannya tidak disimpan tapi dipakai untuk  penelitian dan beasiswa bagi orang muda di negaranya. Lalu bagaimana  dengan warisan untuk anak-anaknya?

"Saya tidak mewariskan harta apapun untuk mereka," ujar Soichiro.  "Warisan yang paling berharga yang saya berikan untuk mereka adalah  dengan membiarkan mereka untuk sanggup berusaha sendiri," ujarnya lagi.

Inamori 

Kyoto Ceramics adalah salah satu pabrik pembuat microchips  (elemen-elemen kecil komputer) yang paling kuat di dunia. Omset Kyoto  Ceramics 400 juta dolar dan menghasilkan keuntungan luar biasa, 12%  setelah dipotong pajak.

Ada tujuh buah perusahaan di Amerika Serikat dan tiga di Jepang. Inamori  sang pemimpin, seperti juga Soichiro Honda dan Kaku pemimpin Canon,  menganggap dirinya sebagai karyawan biasa. Selisih gaji direktur dan  buruh baru di Jepang lebih kecil bila dibandingkan dengan di Eropa dan  Amerika Serikat. Cara hidup pemimpin Jepang sangat sederhana dibanding  dengan rekan-rekan di Barat. Rasanya mereka memandang rendah kemewahan.  Suatu barang harus ada fungsinya. Bagaimana mereka bisa memegang prinsip  sebaik itu?

Mari kita menengok ke Gamo, salah satu pabrik keramik di Kyoto. Kurang  lebih 50 kilometer dari Kyoto. Di sini pada pukul delapan pagi seluruh  karyawan Gamo berkumpul dalam ruang-ruang besar. Dari tiap ruang, di  atas sebuah panggung seorang laki-laki meneriakkan: berdiri, bersiap,  luruskan kaki dan istirahat. Ratusan laki-laki dan perempuan dalam  seragam biru berdiri siap. Laki-laki lalu melaporkan hasil pekerjaan  bulan lalu dan menambahkan delapan pesan produksi, tentang mutu,  penurunan ongkos dan sebagainya.

Selesai laporan, dia memanggil lima orang maju ke depan. Mereka diberi  hadiah, karena telah menyumbangkan gagasan yang paling baik, pada bulan  sebelumnya. Di semua perusahaan Jepang, para insinyur dan buruh diundang  menyumbangkan gagasan untuk lebih memajukan produktivitas, keamanan dan  semua bidang yang berkaitan dengan kehidupan perusahaan.

Di Canon, setahun yang lalu, masuk sekitar 146.242 gagasan yang ternyata  dapat menghemat lebih dari tujuh juta yen! Sebulan sekali mereka  berkumpul, memberi laporan pekerjaan selama ini, bertukar pengalaman dan  mutu pekerjaan mereka. Hadiah bagi gagasan mereka yang terpilih antara  lain medali, jam tangan, tiket kereta atau pesawat terbang. Yang kurang  berinisiatif tak akan mendapat apa-apa. Tak pernah terjadi seseorang  mendapat sanksi negatif.

Setiap pekerja memiliki saham dan dividen dari perusahaan. Benar-benar  merupakan perwujudan demokrasi yang didasarkan pada penghargaan hasil  kerja dan atas hierarkinya. Di Jepang, persaingan ditumbuhkan sejak  kanak-kanak. Keluaran sekolah bereputasi tinggi lebih mudah mendapatkan  pekerjaan yang baik.

Di tiap perusahaan ada serikat buruh, yang setiap tahunnya mengorganisir  pemogokan untuk memperoleh kenaikan gaji yang disebut Shunto. Tetapi  Shunto ini cuma suatu upacara tradisi, bukan pemogokan seperti layaknya  di Barat.

Robot membuat robot

Di kaki Gunung Fuji ada robot membuat robot. Robot-robot itu bekerja  dengan diam-diam. Beberapa manusia membaca lembaran kertas besar yang  keluar dari terminal robot.

Di Honda Motor Cie, di sebuah dusun dekat Tokyo, kita bisa melihat mobil  yang di-assembling oleh robot, yang mematri 160 kali setiap detiknya.  Grup-grup yang terdiri dari lima atau enam buruh memeriksa hasil kerja  robot. Setiap buruh diizinkan menghentikan pekerjaan dengan cara menekan  tombol merah, bila ada yang kurang beres.

Hasilnya: pada produksi akhir hanya ada 0,1% yang apkir, dibanding  dengan 20% di Eropa. Di Sony, semua karyawannya teliti. Para majikan di  Eropa memimpikan pabrik mereka bisa menyamai Jepang, dan mendambakan  buruh-buruh yang serupa pula.

Di perusahaan Canon, Tuan Kaku yang adalah presiden direkturnya itu dan  para buruhnya, saling menundukkan kepala mereka sama dalamnya.  Percakapan antara mereka bisa membuat heran telinga-telinga Perancis.

Tuan Kaku menjelaskan secara mendetil target keuangan dan tehnik yang  ingin dicapai perusahaan. Kepala serikat buruh Canon meyakinkan  majikannya, keberhasilan Canon merupakan satu kepuasan bagi seluruh  karyawan dan mereka ingin bekerja sama sepenuhnya bersama direksi.

Majikan-majikan Eropa sangat kagum melihat modernisasi Jepang. Kagum  bukan hanya karena melihat sindikat-sindikat buruh dapat bekerja sama  begitu baik dangan majikannya, tetapi juga melihat para majikan yang tak  pernah memecat buruhnya itu.

Mereka melihat suatu industri di mana otomatisasi tidak menciptakan  pengangguran, dan setiap buruh mau dan dapat memahami apa pun yang  mereka lakukan. Mereka juga mendapat penjelasan mengenai jalannya  perusahaan. Yang nampak di depan mereka adalah sebuah dunia, di mana  disiplin yang mirip disiplin militer itu dapat berjalan berdampingan  dengan rasa hormat pada setiap individu. Inilah rahasia kemajuan Jepang.

Article source:  http://self-improvement.indexarticles.com/2010/01/inilah-rahasia-sukses-bos-bos-jepang.html
Copyright © 2009 http://www.indexarticles.com/

0 komentar:

Posting Komentar